PEMBELAJARAN DARING (Lanjutan)
Petunjuk daring 2 "Sejarah Indonesia" :
1. Bukalah link berikut http://diskusi1.blogspot.com/2020/05/pembelajaran-daring-lanjutan.html?m=1#more
2. Bacalah rangkuman materi dengan saksama
3. Kerjakan latihan soal dengan klik tulisan "LATIHAN SOAL"
4. Apabila minta login, maka loginlah menggunakan gmail yang kalian miliki
5. Setelah masuk ke halaman latihan soal Tuliskan nama & pilih kelas
6. Selanjutnya klik next untuk melanjutkan ke halaman soal
7. Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar dengan klik pada pilihan jawaban
8. Setelah selesai mengerjakan soal klik tombol submit untuk memgakhiri latihan soal
9. Kemudian klik view score untuk melihat nilai
PERKEMBANGAN KEHIDUPAN
POLITIK, EKONOMI BANGSA INDONESIA PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN, MASA DEMOKRASI
LIBERAL SAMPAI MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
A. PELAKSANAAN DEMOKRASI MASA AWAL KEMERDEKAAN (1945-1950)
Pada masa awal
kemerdekaan RI, negara belum dapat mengatur
system pemerintahannya dengan sempurna. Hal ini disebabkan kondisi keamanan yang
belum stabil akibat kedatangan pasukan Sekutu/Belanda yang ingin kembali
berkuasa dan pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di beberapa daerah di
Indonesia. Namun demikian untuk memenuhi kelengkapan Negara sesuai UUD 1945
dibentuklah Kabinet RI pertama yang dipimpin oleh Presiden Soekarno yang
dinamakan Kabinet Presidensial. Masa jabatan berlangsung dari 4 September – 14
November 1945.
Pada awal kemerdekaan
masih tampak adanya sentralisasi kekuasaan yang diperkuat dengan adanya pasal 4
Aturan Peralihan UUD 1945, "Sebelum MPR, DPR, dan DPA dibentuk maka segala
kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan dibantu oleh Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP)". Untuk menghindarkan absolutisme dari kekuasaan
presiden yang mungkin terjadi, pemerintah mengeluarkan beberapa maklumat untuk
membatasinya seperti berikut ini.
·
Maklumat Wakil Presiden Nomor X 16 Oktober 1945 bahwa
KNIP berubah menjadi lembaga legislatif.
·
Maklumat Pemerintah 3 November 1945 tentang
pembentukan partai-partai politik.
·
Maklumat Pemerintah 14 November 1945 tentang perubahan
sistem pemerintahan presidensial menjadi system pemerintahan parlementer.
Setelah tanggal 14
November 1945 dibentuk kabinet RI kedua yang dipimpin oleh Sutan Syahrir
sebagai Perdana Menteri (bersifat parlementer). Kabinet ini dikenal dengan nama
Kabinet Sjahrir I. Sistem Kabinet Parlementer inilah yang katanya sesuai dengan
harapan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia mengharapkan sistem pemerintahan
Demokrasi dimana cirinya adalah adanya DPR (parlemen) yang anggota-anggotanya
dipilih langsung oleh rakyat. Pola pemerintahan ini merupakan bentuk penerapan
demokrasi yang ada di negara Belanda yang berdasarkan multi partai yaitu
sistem pemerintahan parlementer. Jika menggunakan kabinet presidentil maka
presiden berperan sebagai pemimpin kabinet dan kabinet bertanggungjawab kepada
presiden. Tetapi jika menggunakan kabinet Parlementer maka presiden bertanggungjawab
kepada parlemen (KNIP).
Pada masa awal
kemerdekaan ini Indonesia sedang belajar berdemokrasi, sehingga dalam masa ini
sering terjadi pergantian kabinet.
A. SISTEM POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI LIBERAL /
PARLEMENTER (1950 – 1959)
Selanjutnya, sistem pemerintahan yang dianut UUDS 1950 tidak jauh
berbeda dengan yang dianut dalam Konstitusi RIS 1949, yaitu sistem parlementer
semu (kuasi parlementer). Disebut kuasi parlementer karena terdapat banyak ciri
presidensial di dalamnya. Ketidakmurnian (semu) parlementer pada masa UUDS 1950
ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Perdana menteri diangkat oleh presiden (seharusnya oleh
parlemen) (Pasal 51 Ayat 2).
2.
Kekuasaan perdana menteri sebagai ketua dewan menteri
masih dicampurtangani oleh presiden (seharusnya presiden hanya sebagai kepala
negara dan kepala pemerintahannya adalah perdana menteri) (Pasal 46 Ayat 1).
3.
Pengangkatan atau penghentian menteri-menteri dan
kabinet dilakukan dengan keputusan presiden (lazimnya oleh parlemen) (Pasal 51
Ayat 5).
4.
Presiden dan wakil presiden berkedudukan selain
sebagai kepala negara juga sebagai kepala pemerintahan (seharusnya terpisah)
(Pasal 45 jo 46 Ayat 1).
5.
Pembentukan kabinet dilakukan oleh presiden dengan
menunjuk seseorang atau beberapa orang pembentuk kabinet (lazimnya oieh
parlemen) (Pasal 50 jo 51 Ayat 1).
PNI dan Masyumi
merupakan partai yang terkuat di DPR saat itu sehingga dalam waktu lima tahun
(1950-1955) PNI dan Masyumi bergantian memegang kekuasaan di kabinet. Dari
1950-1959 kembali terjadi pergantian kabinet dengan sangat cepat. Kabinet jatuh
bangun karena munculnya mosi tidak percaya dari partai lawan. Di samping itu,
terjadi pula perdebatan dalam Konstituante yang sering menimbulkan konfik
berkepanjangan. Berikut ini sejumlah kabinet yang pernah memerintah pada masa
Demokrasi Liberal.
Nama Kabinet
|
Tahun
Pemerintahan
|
Kabinet Natsir
(Masyumi)
|
6 September 1950-21
Maret 1951
|
Kabinet Sukiman
(Masyumi)
|
27 April 1951-3
April 1952
|
Kabinet Wilopo (PNI)
|
April 1952-3 Juni
1953
|
Kabinet Ali
Sastroamijoyo I (koalisi PNI dan NU)
|
Juli 1953-12 Agustus
1955
|
Kabinet Burhanudin
Harahap (Masyumi)
|
12 Agustus 1955-3
Maret 1956
|
Kabinet Ali
Sastroamijoyo Il (koalisi PNI, Masyumi dan NU)
|
20 Maret 1956-4
Maret 1957
|
Kabinet Djuanda
|
April 1957-5 Juli
1959
|
Jatuh bangunnya kabinet-kabinet
yang berkuasa pada masa Demokrasi Liberal lebih disebabkan oleh
kegagalan-kegagalan atau dianggap gagal dalam mengendalikan pemerintahan.
Misalnya, Kabinet Wilopo yang harus mengakhiri masa tugas karena tidak berhasil
menyelesaikan masalah peristiwa 17 Oktober 1952. Peristiwa 17 Oktober dipicu
oleh adanya gerakan yang diprakarsai oleh sejumlah perwira angkatan darat yang
tidak puas terhadap kebijakan pemerintah. Mereka menghendaki agar Presiden
Soekarno membubarkan parlemen.
Meskipun menghadapi
ujian berat dari kemelut yang muncul di tubuh angkatan darat, pada masa
pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo I atau sering juga disebut dengan
kabinet Ali-Wongso sempat mengalami demisioner. Hanya saja, kabinet ini
berhasil mengukir prestasi dengan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA)
di Bandung pada 18-25 April 1955. Dalam konferensi ini telah hadir 29 negara
Asia Afrika yang kemudian membawa pengaruh penting bagi terbentuknya
solidaritas dan perjuangan kemerdekaan dari bangsa-bangsa Asia Afrika.
Pemilihan umum pertama yang diselenggarakan pada 1955 juga merupakan rancangan
kabinet ini, tetapi pelaksanaannya kemudian dilanjutkan oleh kabinet
berikutnya.
Pada masa Demokrasi Liberal, kondisi perekonomian pemerintah Indonesia
tidak stabil. Ada beberapa langkah perbaikan yang dilaksanakan oleh pemerintah,
antara lain:
·
Nasionalisasi de Javasche Bank (Hindia Belanda) menjadi Bank Indonesia pada masa pemerintahan
Kabinet Sukiman.
·
Melaksanakan program ekonomi Gerakan Benteng. Program
ini diprakarsai oleh Menteri Perekonomian bernama Sumitro Joyohadikusumo pada
masa pemerintahan Kabinet Natsir. Tujuan
program ekonomi ini adalah mengubah
struktur ekonomi kolonial ke dalam system ekonomi nasional dengan pemberian
bantuan kredit kepada pengusaha pribumi. Program ini mengalami kegagalan karena
pengusaha pribumi terlalu cepat ingin menikmati keuntungan dan berprilaku
konsumtif.
·
Melaksanakan Program ekonomi Ali –Baba pada masa
Kabinet Ali Sastroamidojo I yang dijalankan dengan merancang pemberian kredit dan lisensi pada
pengusaha swasta pribumi agar dapat
bersaing dengan pengusaha non pribumi. Kata “Ali” menunjuk pada pengusaha
pribumi dan “Baba” pada pengusaha dari etnis Cina. Program ini mengalami kegagalan
juga karena pengusaha pribumi sangat miskin pengalaman dan dimanfaatkan
pengusaha non pribumi untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah
C. SISTEM
POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERPIMPIN DI INDONESIA 1959-1965 (MASA ORDE LAMA/ORLA)
a. Latar Belakang
Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
Secara pengertian Demokrasi Terpimpin
adalah salah satu sistem pemerintahan dimana segala kebijakan dan keputusan
terpusat pada sosok presiden (Soekarno).
Latar belakang dilaksanakannya
Demokrasi Terpimpin di Indonesia mempunyai korelasi (hubungan) dengan kondisi
keamanan , perekonomi dan politik yang buruk yang terjadi pada masa pelaksanaan Demokrasi Parlementer.
Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
1.
Dari segi
keamanan nasional, banyak terjadi pemberontakan di daerah-daerah yang
menyebabkan ketidak stabilan negara.
2.
Dari segi
perekonomian sering terjadinya pergantian kabinet pada masa demokrasi
parlementer menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet tidak dapat
dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi menjadi tersendat.
3.
Dari segi
politik, badan Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk menggantikan
UUDS 1950. Selain itu partai-partai politik saling bersaing dan saling
menjatuhkan dan hanya mementingkan kelompoknya masing-masing.
Masa pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno ini diawali oleh anjuran Soekarno agar
UU yang digunakan untuk menggantikan UUDS 1950 adalah UUD 1945. Namun usulan
itu mendapatkan pro dan kontra dari kalangan anggota Konstituante. Sebagai tindak lanjut maka pada tanggal 3
Juli 1959 Presiden Soekarno memanggil Ketua DPR (Mr.Sartono), Perdana Menteri
(Ir Djuanda), para menteri dan anggota Dewan nasional (Roeslan Abdul Gani dan
Moh.Yamin), serta ketua Mahkamah Agung (Mr. Wirjino Prodjodikoro) untuk
mendiskusikan langkah yang harus diambil.
Akhirnya pada tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkanlah dekrit Presiden yang mengawali
dijalankannya Demokrasi Terpimpin di Indonesia. Isi dekrit mencakup 3 hal pokok
yaitu:
1.
Menetapkan
pembubaran Konstituante
2.
Menetapkan
berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
3.
Membentuk MPRS
yang terdiri atas anggota DPR ditambah utusan-utusan dan golongan serta Dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
b. Perkembangan Politik
Indonesia Pada Masa
Demokrasi Terpimpin
Sehari setelah Dekrit Presiden 5 Juli
1959, Perdana Menteri Ir.Djuanda mengembalikan mandatnya kepada Presiden
Soekarno dan Kabinet Karya pun dibubarkan. Setelah itu pada tanggal 10 Juli
1959 presiden mengumumkan pembentukan kabinet baru yang disebut Kabinet Kerja. Dalam kabinet ini
Soekarno bertindak sebagai perdana menteri. Kabinet ini adalah kabinet non partai
. Namun kabinet ini melibatkan para staf angkatan, kepala Kepolisian dan Jaksa
agung . Setelah itu dibentuk juga Dewan Pertimbangan Agung sementara.
Pelaksanaan Demokrasi terpimpin yang
seharusnya mengacu kembali pada UUD
1945 ternyata tidak berjalan sebagaimana
mestinya, banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan, antara lain: 1. Dalam pelaksanaan Demokrasi
Terpimpin, pengertian terpimpin
ditafsirkan lain dari yang terdapat di dalam UUD 1945. Pengertian terpimpin
dalam UUD 1945 adalah : Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Pernyataan
“dalam permusyawaratan perwakilan”
berarti di dalam MPR. Namun oleh Presiden Soekarno pengertian terpimpin
ditafsirkan terpimpin secara mutlak oleh pribadinya. Oleh karena itu kemudian
diciptakan atribut “Pemimpin Besar Revolusi” , sehingga presiden menjadi
pemegang kekuasaan tertinggi dan mutlak dalam negara.
2.
Berdasarkan UUD 1945 kedudukan presiden berada di bawah MPR, akan tetapi
dalam Demokrasi Terpimpin, presiden
membentuk MPRS bukan melalui PEMILU, melainkan melalui penetapan Presiden No.2
Tahun 1959.
3. Pidato presiden tanggal 17 Agustus
1959 berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” dinyatakan sebagai Manifesto
Politik Republik Indonesia dan atas usul dari DPA kemudian dijadikan sebagai
Garis-Garis Besar Haluan Negara. Inti Manifesto Politik adalah USDEK
(Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi
Terpimpin dan Kepribadiaan Indonesia)
4. Presiden membubarkan DPR hasil
PEMILU 1955 karena menolak Rencana Anggaran Pokok Belanja Negara /RAPBN yang
diajukan. Selanjutnya presiden membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
/DPRGR.
5. Meluasnya pengaruh PKI akibat
konsep NASAKOM (Nasionalis, Agama dan Komunis) yang dijalankan Presiden
Soekarno.
6. Penyimpangan arah politik luar
negeri Indonesia yang bebas aktif menjadi condong ke poros negara-negara
komunis .
Antara tahun 1960 – 1965 kekuatan
politik terpusat pada Presiden Soekarno. Soekarno memegang seluruh kekuasaan
negara didampingi oleh TNI Angkatan Darat /AD dan PKI. PKI kembali muncul
sebagai kekuatan baru sejak PEMILU tahun 1955 dan mendapat dukungan melalui
penetapan Presiden No. 7 tahun 1959. PKI pun turut mendukung gagasan NASAKOM (Nasionalisme,
Agama dan Komunis) yang diciptakan oleh
Presiden Soekarno. PKI menerapkan strategi “menempel” pada Presiden Soekarno
untuk memperoleh citra sebagai pendukung Soekarno.
c. Perekonomian Indonesia pada masa Demokrasi
Terpimpin
Presiden Soekarno mempraktekkan Sistem Ekonomi
Terpimpin. Dalam hal ini presiden secara langsung terjun mengatur perekonomian.
Kegiatan perekonomian terpusat pada pemerintah pusat. Anggaran belanja setiap tahun terus meningkat
tanpa diimbangi pendapatan negara yang memadai. Salah satu penyebab
membengkaknya anggaran belanja tersebut adalah adanya pembangunan proyek-proyek
Mercu suar
yang lebih bersifat politis daripada ekonomis seperti: pembangunan
Monas, Pertokoan Sarinah dan Proyek Olah Raga Senayan
yang dipersiapkan untuk Asian Games IV
dan Games Of the New Emergencing Forces (GANEFO). Hal ini semakin
memperburuk situasi perekonomian Negara pada masa itu.
Adapun dalam rangka memperbaiki perekonomian negara, pemerintah mengambil
langkah-langkah antara lain:
1. Membentuk Dewan Perancang Nasional
(Depernas) dengan langkah kerja melakukan devaluasi /Sanering mata uang kertas
yang nilai nominalnya Rp.500 dan Rp.1000 menjadi 10 persen saja.
2. Membentuk Panitia 13 yang menghasilkan
konsep Deklarasi Ekonomi (Dekon)
sebagai strategi dasar ekonomi Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin. Tujuan
utamanya untuk menciptkan ekonomi nasional yang bersifat demokratis dan bebas dari imperialisme untuk
mencapai kemajuan ekonomi.
3. Membentuk
Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) dan Kesatuan Operasi (KESOP)
Dikeluarkan peraturan tanggal 17 April 1964
mengenai adanya Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) dan Kesatuan Operasi
(KESOP) dalam usaha perdagangan.
d. Masalah Irian Barat
dan Konfrontasi dengan Malaysia Pada Masa Demokrasi Terpimpin
Berdasarkan hasil keputusan KMB ,
masalah wilayah Irian Barat ditunda penyelesaiannya satu tahun. Namun sampai
tahun 1963 masalah itu belum terselesaikan sehingga Presiden Soekarno
memerintahkan untuk merebut Irian Barat
dari tangan Belanda dengan
konfrontasi militer melalui komando Tri Komando Rakyat/TRIKORA yang isinya:
1) Gagalkan pembentukan Negara Boneka buatan
Belanda, 2) Kibarkan Sang merah Putih di Irian
Barat 3) Bersiaplah
untuk mobilisasi umum. Akhirnya PBB turun tangan membantu
penyelesaiannya, dan melalui hasil Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) pada
tahun 1969 Irian Barat kembali dalam wilayah NKRI.
Pada masa demokrasi
terpimpin, Indonesia terlibat konfrontasi dengan Malaysia sekaligus Inggris
terkait dengan pembentukan Federasi Malaysia.
Indonesia pun pernah keluar dari keanggotaan PBB tahun 1965 karena
masuknya Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Namun kembali
masuk menjadi anggota PBB pada masa pemerintahan ORDE BARU pada 28 September
1966 setelah melaksanakan politik bebas aktif.
e. Akhir Pemerintahan Demokrasi Terpimpin
Peristiwa G30S/PKI telah memunculkan aksi ketidakpuasan massa terhadap
kepemimpinan pemerintahan Soekarno. Pada
tanggal 12 Januari berbagai kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila
melakukan demonstrasi di halaman gedung DPR-GR untuk mengajukan Tri Tuntutan
Rakyat (TRITURA) yang isinya sbb:
1)
Pembubaran PKI serta ormas-ormasnya
2)
Pembersihan Kabinet Dwikora
3)
Penurunan harga-harga barang
Menyikapi hal ini, Presiden Soekarno mengumumkan perubahan Kabinet
Dwikora menjadi Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan atau lebih dikenal dengan
Kabinet 100 Menteri. Namun kabinet tersebut tidak memuaskan hati rakyat karena
masih banyak tokoh menterinya yang diduga terlibat G30S/PKI duduk dalam kabinet.
Aksi demonstrasi kembali terjadi saat pelantikan kabinet tersebut , dan
menyebabkan gugurnya seorang demonstran mahasiswa Universitas Indonesia bernama
Arif Rahman Hakim (dijuluki pahlawan Tritura).
Selanjutnya Surat Perintah 11 Maret 1966
(SUPERSEMAR) diterbitkan oleh Presiden Soekarno yang isinya memerintahkan agar
Let.Jen.Soeharto mengatasi kondisi Negara RI yang kacau . berdasarkan
SUPERSEMAR ini akhirnya Soeharto tampil dalam kepemimpinan politik, dan tampil
sebagai pemimpin Orde Baru menggantikan Soekarno sebagai presiden.
LATIHAN SOAL
Komentar
Posting Komentar